Entah kenapa aku jadi teringat masa kecilku. Masa di mana aku masih tinggal di kampung dulu. Tidak ada yang namanya PS, tidak ada yang namanya Game online, bahkan saat itu anak-anak seumuran kami masih belum ada yang megang hape. Yups... kami lah anak-anak yang mencari kegembiraan lewat alam. Mandi di sungai seharian tanpa perduli kulit akan hitam legam kayak arang, naik ke gunung tanpa sedikitpun rasa takut, menceburkan diri ke sungai melalui jembatan, Hah... *tarik nafas... buang* it's so fun guys. Saat itu kegembiraan itu begitu sederhana.
Aku kurang tau siapa yang lebih gembira, anak-anak di kota besar atau kami yang dulu di pedesaan. Yah... Jika kalian mampir ke tempat game online, hal yang biasa aja kalau kata-kata kotor keluar dari anak yang berseragam putih merah yang sedang main game, (klo aku yang kedapatan ngucap kata kotor, udah di tampari pasti). Dan jangan heran lagi kalau nemu dua orang gadis SMP yang ngomongin cowok saat buka-buka jejaring sosial. Yah... Itu lah hidup jaman sekarang. Jadi kalian biasa nilai sendiri, siapa yang lebih bahagia?
Aku masih ingat waktu aku masih duduk di sekolah dasar dulu, waktu itu di bulan puasa. Kami naik ke bukit cuy, pada saat itu di antara kami ga ada yang ga puasa. Puasa memang udah kayak kewajiban bagi anak-anak seumuran kami klo ga mau di ketawaain teman-teman. Yah... Kalian bisa bayangin dong, anak-anak yang sedang puasa naik bukit panas-panasan, pasti ada yang ga tahan. Waktu itu tujuan kami adalah benteng jaman perang dulu, benteng ni cuma tersisa berupa gundukan tanah gitu di atas bukit, sangat tradisional memang, dan sama sekali bukan permanen. Yah... Namanya juga anak-anak, anything can be fun.
Saat mencapai bukit, di antara temanku sudah ada yang minta pulang, haus memang sudah mendera kami saat itu. Yah... mau tak mau kami harus menghentikan penjelajahan kami.
Namun, Ternyata ada yang lebih menarik perhatian kami dalam perjalanan pulang. Tak lain dan tak bukan adalah sebuah sungai yang jernih yang tak jauh dari perkampungan. Kalian bisa bayangkan kan apa yang terjadi kemudian. Yups... Kami pun mandi sepuasnya, padahal orang puasa tak seharusnya boleh mandi berendam di air, tapi kami cuma anak-anak saat itu, yang kami tau hanya puasa ga makan dan ga minum, bukan ga boleh mandi lama-lama.
Tak perduli panas terik membakar kulit telanjang kami, kami asyik aja mandi hingga sore menjelang. Bahkan kami tak perduli seberapa banyak air yang sudah sengaja atau tidak yang kami minum. Kegembiraan ada lah segalanya. hahahaha... it's so fun guys...
Sampai ke rumah, mata merah dan kulit udah udah kayak buruh bangunan. Namun ibuku tak bertanya soal itu. Mungkin bagi dia selama aku tak mengeluh kelaparan saat puasa, she never mind it. I'am just a child.
Yah... kenangan itu sungguh menyenangkan, cerita anak-anak dari kampung.
Aku jadi rindu kampungku, gua-gua yang dulu sering kami kunjungi (walau ga berani masuk), bukit-bukit yang kami daki), sungai-sungai tempat kami mandi, aku rindu semua itu. Kegembiraan yang sempurna bagi anak-anak seumuran aku saat itu.
Ini salah satu danau di desaku. Sungguh benar-benar tak seindah dulu. |
Ohya, hampir lupa, nama desaku Pasar Matanggor, Kecamatan Batang Onang. Hehehe... Miss u
Demikian sepenggal cerita aku... Mana ceritamu???